Perubahan
Pada tahun 1999 saya bertemu dengan teman lama yang bekerja di sebuah perusahaan di Tangerang yang sudah 5 tahun tidak bertemu. Teman saya itu mempunyai cerita yang cukup menggelikan saya. Betapa tidak, perusahaan dimana dia bekerja masih menggunakan mesin tik. Padahal perusahaan tersebut mengeskport produk sampai ke luar negeri, yang tentu tidak akan kesulitan menyediakan 2-5 set komputer untuk keperluan operasional.
Yang menjadi pertanyaan saya pada waktu itu adalah, 'Kenapa sampai tahun 1999 perusahaan tersebut tidak mempunyai komputer pada saat komputer sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jaman'. Teman saya itu memberikan jawaban, bahwa keengganan untuk berubahlah yang menjadi penyebabnya. Ada anggapan bahwa dengan fasilitas yang ada pada saat itu perusahaan sudah berjalan dengan baik, untuk apa harus memakai komputer?.
Setelah mengemukakan beberapa argumentasi yang salah satunya adalah pentingnya analisa data yang cepat untuk aktifitas continuous improvement, akhirnya manajemen perusahaan tersebut bersedia untuk memoderenisasi peralatan kantor terutama pengadaan komputer.
Pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita teman saya itu adalah, seseorang akan cenderung untuk 'diam' dalam situasi tertentu yang menurutnya sudah nyaman sehingga kurang kreatif untuk membuat perubahan bahkan takut akan perubahan karena beranggapan bahwa perubahan tersebut dapat berdampak tidak baik yang sebenarnya belum tentu demikian. Perubahan memang pasti membawa dampak dan dampaknya bisa dirasakan sebagai hal yang baik maupun tidak baik, menguntungkan atau tidak menguntungkan. Biasanya orang yang enggan untuk berubah adalah orang yang mempunyai kompetensi rendah atau orang yang diuntungkan dengan situasi tersebut. Faktanya perubahan adalah hal yang abadi dan perubahan tetaplah harus terjadi. Kita tidak bisa mengelak dari gelombang perubahan seperti kita tidak bisa mengelak dari hukum waktu. Karena itu, kita harus menjadi bagian dari perubahan agar tidak terlindas oleh perubahan itu sendiri.
Suatu waktu, istri saya pernah mengirim SMS yang berisi ' if you don't like something, change it. If can't change it, change the way you think'. SMS tersebut saya terima ketika saya sedang dalam situasi hati yang jengkel karena sedang menghadapai sebuah perubahan yang menurut saya 'kurang menguntungkan' karena saya sudah terlena dengan situasi yang ada. Kalimat tersebut menguatkan saya untuk mengubah cara pandang saya terhadap perubahan tersebut sehingga saya mampu bertahan dan menjadi bagian dari perubahan tersebut. Apabila pada waktu itu saya bertindak gegabah, dalam arti melawan perubahan karena alasan kenyamanan telah terganggu, mungkin persoalan akan menjadi lain dan merugikan saya sendiri.
Tepatlah kalimat bijak yang mengatakan bahwa mengubah wajah tidak akan mengubah sesuatu, tetapi menghadapi perubahan akan mengubah sesuatu. Karena itu kita harus sadari bahwa perubahan selalu akan terjadi. Untuk itu kita harus mengantisipasi perubahan tersebut dan segera berubah untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Jika tidak, kita akan punah dengan sendirinya.
Yang menjadi pertanyaan saya pada waktu itu adalah, 'Kenapa sampai tahun 1999 perusahaan tersebut tidak mempunyai komputer pada saat komputer sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jaman'. Teman saya itu memberikan jawaban, bahwa keengganan untuk berubahlah yang menjadi penyebabnya. Ada anggapan bahwa dengan fasilitas yang ada pada saat itu perusahaan sudah berjalan dengan baik, untuk apa harus memakai komputer?.
Setelah mengemukakan beberapa argumentasi yang salah satunya adalah pentingnya analisa data yang cepat untuk aktifitas continuous improvement, akhirnya manajemen perusahaan tersebut bersedia untuk memoderenisasi peralatan kantor terutama pengadaan komputer.
Pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita teman saya itu adalah, seseorang akan cenderung untuk 'diam' dalam situasi tertentu yang menurutnya sudah nyaman sehingga kurang kreatif untuk membuat perubahan bahkan takut akan perubahan karena beranggapan bahwa perubahan tersebut dapat berdampak tidak baik yang sebenarnya belum tentu demikian. Perubahan memang pasti membawa dampak dan dampaknya bisa dirasakan sebagai hal yang baik maupun tidak baik, menguntungkan atau tidak menguntungkan. Biasanya orang yang enggan untuk berubah adalah orang yang mempunyai kompetensi rendah atau orang yang diuntungkan dengan situasi tersebut. Faktanya perubahan adalah hal yang abadi dan perubahan tetaplah harus terjadi. Kita tidak bisa mengelak dari gelombang perubahan seperti kita tidak bisa mengelak dari hukum waktu. Karena itu, kita harus menjadi bagian dari perubahan agar tidak terlindas oleh perubahan itu sendiri.
Suatu waktu, istri saya pernah mengirim SMS yang berisi ' if you don't like something, change it. If can't change it, change the way you think'. SMS tersebut saya terima ketika saya sedang dalam situasi hati yang jengkel karena sedang menghadapai sebuah perubahan yang menurut saya 'kurang menguntungkan' karena saya sudah terlena dengan situasi yang ada. Kalimat tersebut menguatkan saya untuk mengubah cara pandang saya terhadap perubahan tersebut sehingga saya mampu bertahan dan menjadi bagian dari perubahan tersebut. Apabila pada waktu itu saya bertindak gegabah, dalam arti melawan perubahan karena alasan kenyamanan telah terganggu, mungkin persoalan akan menjadi lain dan merugikan saya sendiri.
Tepatlah kalimat bijak yang mengatakan bahwa mengubah wajah tidak akan mengubah sesuatu, tetapi menghadapi perubahan akan mengubah sesuatu. Karena itu kita harus sadari bahwa perubahan selalu akan terjadi. Untuk itu kita harus mengantisipasi perubahan tersebut dan segera berubah untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Jika tidak, kita akan punah dengan sendirinya.