Iklan Rokok: Blue Ocean Strategy
Melalui inovasi nilai, yaitu, peningkatan nilai manfaat dari sebuah produk yang diterima oleh pelanggan yang melebihi biaya yang dikeluarkan dan pada saat yang bersamaan perusahaan melakukan penurunan biaya produksi adalah sebuah lompatan yang jauh ke depan atau disebut dengan Quantum Leap, sehingga dengan demikian, persaingan atau competitor tidak lagi menjadi signifikan. Strategy ini dikenal dengan Blue Ocean Strategy atau Strategi Samudera Biru, yang dikembangkan oleh W. Chan Kim dan Renee Mauborgne.
Blue Ocean Strategy diterapkan oleh perusahaan yang memproduksi produk yang mempunyai tingkat persaingan yang sangat ketat. Karena, dari pada terlibat dalam perang harga yang tidak berkesudahan dan justru membuat keuangan perusahaan menjadi babak belur, maka management perusahaan memutuskan menciptkan sebuah Quantum Leap, sehingga perusahaan selalu menjadi pemimpin pasar untuk produk tertentu. Sebelum produk baru menemui pesaing tangguh yang baru, maka lompatan jauh (Quantum Leap) harus diciptakan lagi. Blue Ocean Strategy, telah menghadirkan perusahaan-perusahaan yang selalu tampil menjadi pemimpin pasar dengan produk unggulannya.
Salah satu pasar yang sangat unik dan mempunyai tingkat persaingan yang ketat adalah pasar untuk produk rokok. Perokok dan jenis rokok yang dihisapnya mempunyai ikatan rasa dan fanatisme yang erat. Seorang perokok kretek akan sangat sulit berpindah ke jenis rokok putih dan begitu pula sebaliknya. Perokok kretek dengan merek tertentu akan sulit berpindah ke rokok kretek merek lain dan itu membutuhkan waktu, karena erat kaitannya dengan keterikatan rasa dan kebiasaan. Akan tetapi, berkat inovasi nilai, ikatan tersebut ternyata sanggup dihilangkan dan 'memaksa' perokok mencoba produk rokok yang baru.
Beberapa hari terakhir ini, di televisi, saya melihat running text, sebuah berita kecil : 'Iklan rokok rangsang anak untuk merokok'. Tentu saja iklan rokok akan merangsang anak untuk merokok karena tujuan iklan rokok memang untuk merangsang seseorang untuk membeli rokok dan mencobanya. Jangankan anak kecil, orang dewasa saja, seperti saya dapat terpengaruh. Kalau pemirsa atau pembaca tidak terpengaruh, itu berarti, iklan tersebut telah gagal dalam misinya.
Mungkin Anda masih ingat, iklan-iklan serba biru rokok Bentoel yang sangat menarik, sanggup mengangkat Bentoel mencapai jaman keemasannya. Kemudian 'diseruduk' oleh Djarum Super melalui iklan off air dan on air yang serba jantan, yang merajai pasar di tahun 90an. Tidak mau ketinggalan, Sampoerna meluncurkan produk baru A Mild, dengan iklan yang sederhana namun menarik, mampu merangkul usia muda menjadi konsumen setia dan masih bertahan sampai sekarang. Dimotori oleh Philip Morris, Sampoerna kemudian memperkenalkan Marlboro Kretek, yang merupakan sebuah samudera biru yang baru dan hanya Sampoerna yang menjadi pemain utama untuk jenis produk ini.
Iklan rokok pasti meningkatkan jumlah perokok. Menurut Wikipedia, di Indonesia jumlah rokok yang dihisap hampir sebanding dengan jumlah penduduk dan rokok yang diproduksi sejauh ini telah mengalahkan jumlah al-kitab dan al-quran yang tercetak.
Iklan yang berhasil ditentukan oleh meningkatnya pembelian produk yang diiklankan. Sejauh ini, media iklan rokok yang terbukti paling efektif dan efisien untuk meningkatkan pembelian rokok adalah perokok itu sendiri. Seorang anak, besar kemungkinan akan terpengaruh untuk merokok bila dilingkungannya dia menemukan banyak perokok dan seorang anak pada waktunya, akan menjadi marketer untuk produk rokok yang dihisapnya bagi anak yang lainnya.
Diakui, sulit untuk menekan jumlah perokok dengan cara menekan industri rokok untuk mengurangi jumlah produksinya karena industri rokok adalah salah satu industry yang padat karya dan menjadi salah satu penyetor pajak terbesar di negeri ini. Namun, alangkah baiknya, kalau pemerintah juga membatasi peredaran iklan rokok dan menentukan jam tayang iklan rokok di televisi hanya pada waktu-waktu tertentu saja sehingga rangsangan pada anak untuk merokok dapat ditekan.
Akan tetapi, industri rokok pasti sudah menyiapkan samudera biru yang lain.
Blue Ocean Strategy diterapkan oleh perusahaan yang memproduksi produk yang mempunyai tingkat persaingan yang sangat ketat. Karena, dari pada terlibat dalam perang harga yang tidak berkesudahan dan justru membuat keuangan perusahaan menjadi babak belur, maka management perusahaan memutuskan menciptkan sebuah Quantum Leap, sehingga perusahaan selalu menjadi pemimpin pasar untuk produk tertentu. Sebelum produk baru menemui pesaing tangguh yang baru, maka lompatan jauh (Quantum Leap) harus diciptakan lagi. Blue Ocean Strategy, telah menghadirkan perusahaan-perusahaan yang selalu tampil menjadi pemimpin pasar dengan produk unggulannya.
Salah satu pasar yang sangat unik dan mempunyai tingkat persaingan yang ketat adalah pasar untuk produk rokok. Perokok dan jenis rokok yang dihisapnya mempunyai ikatan rasa dan fanatisme yang erat. Seorang perokok kretek akan sangat sulit berpindah ke jenis rokok putih dan begitu pula sebaliknya. Perokok kretek dengan merek tertentu akan sulit berpindah ke rokok kretek merek lain dan itu membutuhkan waktu, karena erat kaitannya dengan keterikatan rasa dan kebiasaan. Akan tetapi, berkat inovasi nilai, ikatan tersebut ternyata sanggup dihilangkan dan 'memaksa' perokok mencoba produk rokok yang baru.
Beberapa hari terakhir ini, di televisi, saya melihat running text, sebuah berita kecil : 'Iklan rokok rangsang anak untuk merokok'. Tentu saja iklan rokok akan merangsang anak untuk merokok karena tujuan iklan rokok memang untuk merangsang seseorang untuk membeli rokok dan mencobanya. Jangankan anak kecil, orang dewasa saja, seperti saya dapat terpengaruh. Kalau pemirsa atau pembaca tidak terpengaruh, itu berarti, iklan tersebut telah gagal dalam misinya.
Mungkin Anda masih ingat, iklan-iklan serba biru rokok Bentoel yang sangat menarik, sanggup mengangkat Bentoel mencapai jaman keemasannya. Kemudian 'diseruduk' oleh Djarum Super melalui iklan off air dan on air yang serba jantan, yang merajai pasar di tahun 90an. Tidak mau ketinggalan, Sampoerna meluncurkan produk baru A Mild, dengan iklan yang sederhana namun menarik, mampu merangkul usia muda menjadi konsumen setia dan masih bertahan sampai sekarang. Dimotori oleh Philip Morris, Sampoerna kemudian memperkenalkan Marlboro Kretek, yang merupakan sebuah samudera biru yang baru dan hanya Sampoerna yang menjadi pemain utama untuk jenis produk ini.
Iklan rokok pasti meningkatkan jumlah perokok. Menurut Wikipedia, di Indonesia jumlah rokok yang dihisap hampir sebanding dengan jumlah penduduk dan rokok yang diproduksi sejauh ini telah mengalahkan jumlah al-kitab dan al-quran yang tercetak.
Iklan yang berhasil ditentukan oleh meningkatnya pembelian produk yang diiklankan. Sejauh ini, media iklan rokok yang terbukti paling efektif dan efisien untuk meningkatkan pembelian rokok adalah perokok itu sendiri. Seorang anak, besar kemungkinan akan terpengaruh untuk merokok bila dilingkungannya dia menemukan banyak perokok dan seorang anak pada waktunya, akan menjadi marketer untuk produk rokok yang dihisapnya bagi anak yang lainnya.
Diakui, sulit untuk menekan jumlah perokok dengan cara menekan industri rokok untuk mengurangi jumlah produksinya karena industri rokok adalah salah satu industry yang padat karya dan menjadi salah satu penyetor pajak terbesar di negeri ini. Namun, alangkah baiknya, kalau pemerintah juga membatasi peredaran iklan rokok dan menentukan jam tayang iklan rokok di televisi hanya pada waktu-waktu tertentu saja sehingga rangsangan pada anak untuk merokok dapat ditekan.
Akan tetapi, industri rokok pasti sudah menyiapkan samudera biru yang lain.