Babel
Saya teringat dengan film yang berjudul Babel yang dibintangi oleh Brad Pitt karena sedang mencoba messanger baru yaitu babelwith.me. Sebuah applikasi yang dapat menjadikan pembicaraan dari berbagai bahasa menjadi 'nyambung'. Kalau berbicara tentang Babel, maka kita juga berbicara tentang menara dan bahasa, tepatnya asal muasal 'kekacauan' bahasa.
Dalam sejarahnya, manusia pernah mencoba membangun menara yang tinggi dengan maksud untuk mencapai Surga. Tuhan tidak mengijinkan rencana manusia itu menjadi kenyataan dan Tuhan pun menggagalkannya. Apakah Tuhan takut jikalau manusia ternyata sanggup membangun menara itu sampai ke Surga ?. Katakalah Surga itu ada di bulan, Tuhan pasti tahu manusia tidak sanggup membuat menara yang tingginya sampai ke bulan.
Di millennium ini, manusia dengan teknologinya hanya sanggup membangun menara setinggi 1 kilometer, itupun masih belum menjadi kenyataan. Oleh karena itu, saya yakin, Tuhan hanya 'jengkel' dengan keangkuhan manusia pada masa itu yang mencoba bertatap muka dengan Tuhan di Surga dengan membangun menara setinggi langit. Akhirnya Tuhan pun mengacaukan bahasa manusia pada waktu itu, sehingga manusia tidak saling mengerti apa yang dibicarakan seorang dengan yang lain. Peristiwa menara Babel menjadikan bahasa menjadi terpecah.
Film Babel menceritakan peristiwa dari berbagai belahan dunia yang saling terkait, yaitu Maroko, Jepang, Amerika Serikat dan Mexico. Tentu setiap peristiwa menggunakan bahasa masing-masing yaitu bahasa Arab, Jepang, Inggris dan Spanyol. Kisah film Babel secara ringkas dimulai dari Susan Jones yang terluka karena terkena peluru nyasar yang ditembakkan oleh Yessef dan Ahmed dengan menggunakan senapan yang dibeli oleh Abdullah ayah dari Yessef dan Ahmed dari seseorang yang bernama Hassan. Setelah mendapatkan tekanan dari pemerintah Amerika Serikat, pihak kepolisian Maroko mengadakan penyelidikan terhadap peristiwa 'penembakan' itu dan menemukan Hassan lah yang memiliki senjata tersebut.
Setelah diinterogasi oleh polisi Maroko, Hassan mengakui bahwa senapan tersebut diberikan oleh Yasujiro Wataya warga Negara Jepang sebagai hadiah karena telah memandu Yasujiro Wataya berburu di Maroko. Senjata tersebut telah digunakan oleh istri Yasujiro Wataya untuk bunuh diri sehingga membuat anaknya Chieko Wataya trauma.
Dalam perjalanan Susan Jones dan suaminya, Richard Jones ke Maroko, mereka menitipkan anak kembar mereka kepada Amelia warga Negara Mexico. Amelia terpaksa membawa anak-anak tersebut ke Tijuana, Mexico karena harus menghadiri pesta perkawinan anak laki-lakinya. Namun, Amelia dalam perjalanan pulang ke California, bersama Santiago kemenakannya yang sedang mabuk, mereka mendapatkan masalah di perbatasan Mexico dan Amerika Serikat karena dengan tanpa ijin telah telah membawa anak kembar Susan Jones dan dianggap hal tersebut adalah penculikan. Peristiwa itu membuat anak-anak tersebut terlantar di gurun di dekat perbatasan.
Cerita di atas sangat berkaitan satu sama lain dan itu bukan sebuah kebetulan. Saya mempercayai suatu peristiwa saling mempengaruhi peristiwa yang lain. Sebelum film Babel beredar sebelum buku Secret beredar saya sudah mempercayai akan keteraturan semesta alam ini. Hal itu saya yakini ketika istri dari Boss saya bercerita kepada saya bahwa dia lah yang memilih surat lamaran saya dari ratusan lamaran yang lain dengan mengandalkan intuisinya.
Jadi, ketika seorang lelaki paruh baya warga Negara Singapura menikahi seorang perempuan keturunan Tionghoa warga Negara Indonesia yang tinggal di Jatinegara beberapa tahun sebelum saya bekerja di Cikarang adalah bagian kecil dari skenario hidup saya. Mereka menikah 'ditugaskan' untuk membuka jalan buat saya (buat orang lain juga) untuk bekerja di Cikarang. Pekerjaan itu jugalah yang akhirnya membuat saya terdampar di Madiun. Dan tentu, peristiwa yang saya alami mempunyai andil dalam perjalanan kehidupan seseorang di luar sana. Buat mereka yang saya kenal dengan baik maupun yang tidak saya kenal sama sekali.
Anda yang sedang membaca tulisan ini bukan tidak berarti sama sekali, paling tidak akan mempengaruhi Anda di masa yang akan datang
Dalam sejarahnya, manusia pernah mencoba membangun menara yang tinggi dengan maksud untuk mencapai Surga. Tuhan tidak mengijinkan rencana manusia itu menjadi kenyataan dan Tuhan pun menggagalkannya. Apakah Tuhan takut jikalau manusia ternyata sanggup membangun menara itu sampai ke Surga ?. Katakalah Surga itu ada di bulan, Tuhan pasti tahu manusia tidak sanggup membuat menara yang tingginya sampai ke bulan.
Di millennium ini, manusia dengan teknologinya hanya sanggup membangun menara setinggi 1 kilometer, itupun masih belum menjadi kenyataan. Oleh karena itu, saya yakin, Tuhan hanya 'jengkel' dengan keangkuhan manusia pada masa itu yang mencoba bertatap muka dengan Tuhan di Surga dengan membangun menara setinggi langit. Akhirnya Tuhan pun mengacaukan bahasa manusia pada waktu itu, sehingga manusia tidak saling mengerti apa yang dibicarakan seorang dengan yang lain. Peristiwa menara Babel menjadikan bahasa menjadi terpecah.
Film Babel menceritakan peristiwa dari berbagai belahan dunia yang saling terkait, yaitu Maroko, Jepang, Amerika Serikat dan Mexico. Tentu setiap peristiwa menggunakan bahasa masing-masing yaitu bahasa Arab, Jepang, Inggris dan Spanyol. Kisah film Babel secara ringkas dimulai dari Susan Jones yang terluka karena terkena peluru nyasar yang ditembakkan oleh Yessef dan Ahmed dengan menggunakan senapan yang dibeli oleh Abdullah ayah dari Yessef dan Ahmed dari seseorang yang bernama Hassan. Setelah mendapatkan tekanan dari pemerintah Amerika Serikat, pihak kepolisian Maroko mengadakan penyelidikan terhadap peristiwa 'penembakan' itu dan menemukan Hassan lah yang memiliki senjata tersebut.
Setelah diinterogasi oleh polisi Maroko, Hassan mengakui bahwa senapan tersebut diberikan oleh Yasujiro Wataya warga Negara Jepang sebagai hadiah karena telah memandu Yasujiro Wataya berburu di Maroko. Senjata tersebut telah digunakan oleh istri Yasujiro Wataya untuk bunuh diri sehingga membuat anaknya Chieko Wataya trauma.
Dalam perjalanan Susan Jones dan suaminya, Richard Jones ke Maroko, mereka menitipkan anak kembar mereka kepada Amelia warga Negara Mexico. Amelia terpaksa membawa anak-anak tersebut ke Tijuana, Mexico karena harus menghadiri pesta perkawinan anak laki-lakinya. Namun, Amelia dalam perjalanan pulang ke California, bersama Santiago kemenakannya yang sedang mabuk, mereka mendapatkan masalah di perbatasan Mexico dan Amerika Serikat karena dengan tanpa ijin telah telah membawa anak kembar Susan Jones dan dianggap hal tersebut adalah penculikan. Peristiwa itu membuat anak-anak tersebut terlantar di gurun di dekat perbatasan.
Cerita di atas sangat berkaitan satu sama lain dan itu bukan sebuah kebetulan. Saya mempercayai suatu peristiwa saling mempengaruhi peristiwa yang lain. Sebelum film Babel beredar sebelum buku Secret beredar saya sudah mempercayai akan keteraturan semesta alam ini. Hal itu saya yakini ketika istri dari Boss saya bercerita kepada saya bahwa dia lah yang memilih surat lamaran saya dari ratusan lamaran yang lain dengan mengandalkan intuisinya.
Jadi, ketika seorang lelaki paruh baya warga Negara Singapura menikahi seorang perempuan keturunan Tionghoa warga Negara Indonesia yang tinggal di Jatinegara beberapa tahun sebelum saya bekerja di Cikarang adalah bagian kecil dari skenario hidup saya. Mereka menikah 'ditugaskan' untuk membuka jalan buat saya (buat orang lain juga) untuk bekerja di Cikarang. Pekerjaan itu jugalah yang akhirnya membuat saya terdampar di Madiun. Dan tentu, peristiwa yang saya alami mempunyai andil dalam perjalanan kehidupan seseorang di luar sana. Buat mereka yang saya kenal dengan baik maupun yang tidak saya kenal sama sekali.
Anda yang sedang membaca tulisan ini bukan tidak berarti sama sekali, paling tidak akan mempengaruhi Anda di masa yang akan datang