Kenyamanan:Take or Leave it
Kali ini saya bertemu dengan staff warehouse di pos satpam ketika saya berniat untuk menghabiskan beberapa batang rokok (entah kenapa akhir-akhr ini saya jadi perokok berat), lewat jam tiga sore suatu hari di kota santri yang sedang diguyur hujan.
Saya mendorong daun pintu pos satpam dan saya melihat staff warehouse sedang berbicara dengan komandan regu satpam perusahaan. Nampaknya mereka sedang serius membicarakan sesuatu, layaknya politisi di acara atas nama rakyat. Semula saya hendak membiarkan mereka tetap berbicara dan memilih untuk keluar gerbang pabrik untuk merokok. Akan tetapi mereka mempersilahkan saya masuk dan komandan regu satpam yang mengalah untuk keluar ruangan dan saya menahan staff warehouse untuk tetap di dalam pos.
Tanpa saya tanya, dia mulai berkeluh kesah dan mengatakan, 'Pak, sepertinya perusahaan ini tidak bisa memberikan jaminan karir kepada saya'. 'Saya tidak melihat prospek cerah di perusahaan ini. Semua serba tidak pasti'. Sementara dia berbicara, saya kemudian membakar ujung rokok dan saya berkata singkat. 'Terus ?'
Dia kemudian melanjutkan, 'Yah, itulah Pak, saya merasa tidak nyaman dan karir saya sepertinya tidak berkembang di perusahaan ini sampai sekarang'. Setelah dia selesai berbicara, saya kemudian menjelaskan pandangan saya terhadap pernyataannya. Saya tau, orang yang saya ajak bicara adalah orang yang ada dalam tulisan saya di Bola-Bola Kaca, tapi saya berpura-pura tidak tahu.
Saya menjelaskan, 'Bahwa selama masih bekerja kepada orang lain, maka jaminan kelanggengan pekerjaan tidak akan pernah ada. Di perusahaan manapun. Pekerjaan, akan selalu dihantui oleh pemutusan hubungan kerja. Pekerjaan seperti kematian yang akan datang kapanpun dia mau. Karena itu, kita harus seperti monyet ketika hendak berpindah tempat dari pohon ke pohon. Monyet selalu memegang ranting di pohon yang lain dengan tangan kiri sebelum melepaskan ranting dari tangan kanannya, di pohon dimana berdiri. Perilaku monyet itu menegaskan kepada kita, pentingnya persiapan, baik persiapan mental, finansial dan ilmu dalam menghadapi perubahan. Jadi, bila Kamu mengira perusahaan ini tidak memberikan jaminan karir, kenapa harus menyiksa diri ?. Kamu bisa mencari yang lebih baik'. Dengan tegas saya katakan, 'Jangan mengkerdilkan dirimu sendiri dengan bertahan di sini seakan-akan kamu tidak mempunyai kompentensi untuk bersaing di luar sana'.
Saya melanjutkan, 'Seseorang yang telah bekerja puluhan tahun di sebuah perusahaan, hanya mempunyai dua kemungkinan. Yang pertama, pekerja yang minim kompentensi sehingga tidak berani untuk mencari tantangan baru atau merasa tidak akan mampu untuk mencari pekerjaan lain. Yang kedua, pekerja dengan kompetensi tinggi sehingga selalu dipertahankan perusahaan dengan gaji yang selalu mengikuti pasar, sehingga dia tetap bertahan di perusahaan itu'.
Saya menjentikkan ujung rokok di atas asbak dan melanjutkan pandangan saya. 'Sekiranya kamu merasa nyaman di perusahaan ini dan kamu telah bekerja sampai 20 tahun, saya hanya punya dua anggapan. Kamu tidak mempunyai keahlian lain atau kamu memang benar-benar pekerja yang hebat'.
'Tapi, bagaimana dengan ketidaknyaman saya pak ?' dia balik bertanya. Saya menjawab, 'Kalau kamu tidak nyaman, ada dua hal yang kamu bisa lakukan. Yang pertama, buatlah dirimu senyaman mungkin dengan budaya dan nilai-nilai perusahaan. Yang kedua, cari pekerjaan yang kamu anggap bisa membuat dirimu nyaman. Hidup hanya soal pilihan, tidak lebih'.
'Ujian pertama yang diberikan oleh Tuhan kepada Adam dan Hawa adalah soal pilihan. Tuhan berkata, ' Semua boleh kamu makan, kecuali pohon pengetahuan'. Iblis pun datang memberikan tafsirannya dan Hawa pun memilih.
'Jadi, ketika atasan kamu mengatakan take or leave it, kamu jangan sakit hati. Anggaplah itu sebuah stimulus buat kamu untuk menjadi manusia yang lebih rendah hati, tidak besar kepala dan pembelajaran untuk lebih dewasa untuk menentukan pilihan'. Saya tahu, seseorang telah mengatakan take or leave it kepada dia, sehingga dia merasa tidak diperlukan.
Hujan telah reda, saya mengajak dia masuk ke kantor dan saya mengatur jadwal keberangkatan saya ke Jakarta untuk cuti satu minggu. Sebelum berpisah, saya bersalaman dengan dia, salam komando. Dalam hati saya berguman. Saya, ya saya, yang sedang menghadapi berbagai cobaan di perusahaan ini tidak pernah ambil pusing soal karir. Jabatan hanya ada di depan nama. Jabatan hanya soal nama'. Take or leave it.