Kurma: Badai Pasti Berlalu
Pohon kurma (phoenix dactylifera) adalah sejenis tanaman palma yang sudah dikenal lama di Afrika dan Asia Barat dan termasuk pohon yang dibudidayakan karena buahnya yang manis. Konon, buah kurma adalah salah satu buah yang paling manis.
Pohon kurma adalah pohon yang tumbuh dan berkembang di padang pasir, yang identik dengan kekeringan, gersang, panas pada waktu siang dan dingin pada waktu malam. Belum lagi badai yang bisa datang dengan tidak terduga, yang sanggup memporak-porandakan apapun yang dilaluinya. Namun demikian, kondisi "ekstrim" gurun pasir menjadi tempat yang baik untuk pohon kurma.
Pohon kurma dibudidayakan dengan biji yang ditanam di lubang pasir. Kondisi padang pasir yang ekstrim tadi mengharuskan tempat penyemaian biji kurma harus ditekan seberat-beratnya dengan batu supaya tidak dihempaskan oleh badai pasir. Kurma, pertama kali bertunas dengan bertumbuh ke bawah, tidak seperti toge, yang menjulang ke atas dalam masa awal pertumbuhannya kemudian layu. Setelah akar kurma mencapai air di bawah permukaan tanah dan akarnya sudah kokoh, barulah kurma bertumbuh ke atas dan kemudian mendorong batu beban di atasnya.
Orang benar bertunas seperti kurma. Hidupnya sengaja ditekan seberat-beratnya agar supaya tidak terhempas oleh hantaman badai. Beban batu, beban kehidupan itu disengaja dan diijinkan terjadi supaya dia berakar kuat terlebih dahulu kemudian bertumbuh ke atas. Pada waktunya, seperti pohon kurma, orang benar akan tumbuh menjulang sampai 25 meter ke atas.
Beban batu tadi menjadikan biji pohon kurma, orang benar, mampu tumbuh ke atas dan berbuah. Kesulitan hidup harus dianggap sebagai beban yang menjadikan kita kokoh terlebih dahulu. Cobaan, harus ditanggapi dengan positif, bahwa cobaan itu mengarahkan kita ke jalan yang tepat.
Tidak seperti toge yang dalam waktu singkat tumbuh menjulang namun rapuh. Dalam masa sulit, kita seharusnya percaya bahwa setelah masa sulit akan hadir masa yang penuh harapan. Jadilah kurma, jangan toge.
Pohon kurma adalah pohon yang tumbuh dan berkembang di padang pasir, yang identik dengan kekeringan, gersang, panas pada waktu siang dan dingin pada waktu malam. Belum lagi badai yang bisa datang dengan tidak terduga, yang sanggup memporak-porandakan apapun yang dilaluinya. Namun demikian, kondisi "ekstrim" gurun pasir menjadi tempat yang baik untuk pohon kurma.
Pohon kurma dibudidayakan dengan biji yang ditanam di lubang pasir. Kondisi padang pasir yang ekstrim tadi mengharuskan tempat penyemaian biji kurma harus ditekan seberat-beratnya dengan batu supaya tidak dihempaskan oleh badai pasir. Kurma, pertama kali bertunas dengan bertumbuh ke bawah, tidak seperti toge, yang menjulang ke atas dalam masa awal pertumbuhannya kemudian layu. Setelah akar kurma mencapai air di bawah permukaan tanah dan akarnya sudah kokoh, barulah kurma bertumbuh ke atas dan kemudian mendorong batu beban di atasnya.
Orang benar bertunas seperti kurma. Hidupnya sengaja ditekan seberat-beratnya agar supaya tidak terhempas oleh hantaman badai. Beban batu, beban kehidupan itu disengaja dan diijinkan terjadi supaya dia berakar kuat terlebih dahulu kemudian bertumbuh ke atas. Pada waktunya, seperti pohon kurma, orang benar akan tumbuh menjulang sampai 25 meter ke atas.
Beban batu tadi menjadikan biji pohon kurma, orang benar, mampu tumbuh ke atas dan berbuah. Kesulitan hidup harus dianggap sebagai beban yang menjadikan kita kokoh terlebih dahulu. Cobaan, harus ditanggapi dengan positif, bahwa cobaan itu mengarahkan kita ke jalan yang tepat.
Tidak seperti toge yang dalam waktu singkat tumbuh menjulang namun rapuh. Dalam masa sulit, kita seharusnya percaya bahwa setelah masa sulit akan hadir masa yang penuh harapan. Jadilah kurma, jangan toge.