Namaku Liong: Calon Konglomerat Baru

Aku, Liong. Lahir di kecamatan Belakang Padang beberapa kilometer dari Pulau Batam. Ayah dan Ibuku tidak lahir di negeri ini, mereka terdampar di Belakang Padang puluhan tahun lalu. Ayah memulai usahanya dari perdagangan ikan laut di Batam. Setelah 2 tahun berdagang ikan, aku lahir, tepat sebelum matahari terbit pada hari minggu. Menurut Ayah, aku memiliki shio Naga. Umur lima tahun aku sudah terjun ke laut mencari ikan dan selalu ikut serta dengan Ayah ke Batam untuk menjual ikan. Aku hanya tamatan SD. Menurut Ayah, untuk menjadi orang yang sukses tidak perlu bersekolah tinggi-tinggi. Ayah memberi contoh beberapa nama pengusaha di Jakarta yang hanya tamatan SD tapi mempunyai puluhan anak buah yang bergelar doctor. Menurut Ayah, orang yang 'hobby' sekolah tinggi-tinggi, untuk mengejar gelar untuk disandingkan di depan dan belakang namanya hanya seorang pengecut. Orang yang mengejar gelar hanya untuk terlihat 'wah' di atas kartu nama dan di undangan pernikahannya, tidak lebih dari seorang banci. Seorang pemberani, meskipun hanya dengan modal ijasah SD harus sanggup untuk memulai usaha dari nol dan harus lebih berhasil dari orang yang bergelar sarjana. Bisnis itu perang, karena itu, yang dilatih sejak dini adalah kemampuan bergerilya. Ilmu strategi perang paling tepat didapatkan di medan perang, bukan di bangku kuliah. Dengan kemampuan bergerilya, meskipun dengan logsitik yang sangat terbatas akan sanggup untuk memenangkan peperangan.

Setiap kali Ayah menjelaskan hal pendidikan dan bisnis, aku selalu protes, karena aku tidak sepenuhnya sepaham dengan Ayah yang menganggap pendididkan itu tidak begitu perlu. Aku selalu mengatakan, bahwa bagaimanapun pendidikan itu penting, kalau tidak, bagaimana bisa manusia sanggup berjalan di planet Mars suatu saat nanti. Ayah memang keras, dia selalu mematahkan argumenku dengan ucapan yang sengit. 'Kamu mau tinggal di Mars atau mau hidup dengan nyaman di Bumi ?'. 'Liong ! kamu itu bodoh , kamu harus menguasai strategi berniaga, kamu harus menguasai strategi perang Sun Tzu kamu tidak perlu ke planet Mars karena disana tidak ada apa-apa'. 'Seandainya kamu jadi seorang pengusaha besar, maka kamu akan memerintah mereka-mereka yang sekolah tinggi-tinggi itu. Mereka akan jadi anak buahmu dan tunduk pada jari telunjukmu'. 'Liong, sekarang saya tanya, siapa yang paling pintar sekarang, kamu atau anak buahmu yang bergelar doktor?'. Seperti biasa, aku tidak sanggup untuk memenangkan perdebatan dengan Ayah meskipun aku tidak setuju dengan pendapat Ayah.

Suatu hari Ayah sangat marah karena aku bertengkar dengan Adam. Ayah, tujuh hari tujuh malam tidak berbicara saking marahnya. Pada hari ke delapan, Ayah mulai berbicara, katannya, ' Liong, ini kali terakhir kamu bertengkar dengan orang dan jangan sekali-kali mengulanginya. Seorang pe bisnis tidak mempunyai musuh karena tidak akan ada orang yang mau membeli daganganmu apabila kamu bermusuhan dengan semua orang. Bila bertemu mereka, ucapkan salam. Ajak semua orang yang kamu kenal dan yang baru kamu kenal dan yang akan kamu kenal ke kedai makan untuk sekedar makan malam. Tapi ingat, catat dan jumlahkan semua uang yang kamu keluarkan untuk perjamuan itu, karena tidak ada yang gratis di bumi ini. Suatu saat, kurangkan keuntungan yang mereka dapat dari kamu denga pengeluaran itu'

Umur tujuh belas tahun, aku sudah menjadi pengumpul ikan terbesar di pulau Batam dan semua nelayan menyetor ikannya kepada perusahaanku. Ketika aku bermaksud ingin mencoba usaha lain di Tanjung Balai, Ayah memberi wejangan. ' Liong, pada saat kamu memasuki sebuah kota, yang pertama kali kamu pelajari adalah adat dan kebiasaan mereka'. 'Kamu akan tau apa yang mereka butuhkan'. 'Setelah kamu mengetahui apa yang paling mereka butuhkan, mulailah membuat usaha di bidang itu'. 'Jika kamu bukan yang pertama, itu tidak jadi soal'. 'Ingat, kamu tidak boleh membuat musuh'. 'Meskipun kamu bukan yang pertama di usaha itu, caritahu dari mana mereka mendapat sumber dagangannya, dan mulai buka usaha dibidang itu, hingga sainganmu berbalik akan membeli dagangan dari kamu'. 'Lakukan terus seperti itu, sampai kamu menguasai sumbernya dari alam dan kamu harus sanggup membuat usahamu menjadi sumber utama dan pastikan tidak ada yang bisa melakukan itu'. Begitulah Ayah mengajariku dan usaha perdagangan kain bekas di Tanjung Balai aku kuasai penuh karena aku memegang sumbernya di Singapura dan sainganku menjadi partner untuk menguasai perdagangan pakaian bekas itu.

Tiga tahun kemudian, aku memulai usaha textil di Majalaya. Strategi ke 19 Sun Tzu aku terapkan ketika memulai usaha tersebut. Aku tidak gegabah dengan bisnis ini karena aku masih pemula di industry textil. 'Jauhkan kayu bakar dari tungku masak', begitu isi strategi ke 19 yang aku pelajari. Aku berusaha bagaimanapun caranya untuk membuat sainganku jauh dari sumber daya atau logistiknya. Aku mempelari siang malam bagaimana industri textil itu bisa mencapai produktifitas yang tinggi dengan kualitas yang tinggi pula. Aku bekerja 19 jam dalam 24 jam dan kebiasaan itu aku terapkan kesemua anak buahku. Dalam tempo empat tahun, perusahaanku sudah mengekspor pakaian jadi ke Amerika dan Eropah. Disamping itu, aku melakukan kongsi dagang dengan seorang pengusaha asal Manchester, Inggris untuk memperkuat bisnis textil ku dari sisi teknologi.

Setelah industry textil berhasil, aku melanjutkan usaha di bidang perkebunan tanaman kapas. Ajaran Ayah membuat aku cepat menguasai bisnis ini. Petani-petani kapas kembali menyetor kapas mereka ke perusahaanku. Aku membeli tanah 200 hektar yang aku tanami dengan pohon kapas, dan tidak ketinggalan bisnis penyemaian pohon kapas aku kuasai. Ketika industri textil kekurangan bahan baku, perusahaanku tetap beroperasi seperti biasa sedangkan kompetitorku banyak yang bangkrut dan sebagain dari pabrik itu aku ambil alih dan sebagian lagi membeli bahan baku dari perusahaanku. Strategi 19 yang aku terapkan berhasil dengan baik untuk mengalahkan sainganku. Sedangkan batang kayu kapas yang sudah tidak produktif , dalam  satu tahun terakhir ini digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan triplex yang dikelola salah satu perusahaanku yang bekerja sama dengan perusahaan asal China.

Didikan Ayah menjadikan aku seperti sekarang, kerja keras siang malam, tidak kenal waktu adalah kunci keberhasilanku. Percaya atau tidak, uang yang aku keluarkan sebesar Rp.75.000 pada saat mengajak Adam makan siang di sebuah restoran padang di Nagoya, Batam beberapa tahun yang silam masih tersimpan dengan baik dalam sebuah file didalam laptop ku. Aku tidak bisa mengurangi keuntungan dari Adam karena sudah meninggal dunia ketika aku masih di Majalaya. Tapi aku sudah melupakan itu dan membantu keluarga Adam pada saat pemakamannya.

Jumlah karyawanku sampai sekarang mencapai 2432 orang belum termasuk yang ada di Tanjung Balai, Batam dan Belakang Padang. Di Kantorku, di Majalaya, jumlah karyawan bergelar sarjana S1 ada sekitar 150 orang dan seorang bergelar doktor yang menjabat sebagai direktur R&D. Accounting kepercayaanku, juga lulusan S2 dari Philippina. Aku sendiri masih tamatan SD, ijasah SD ku sudah hilang dan rusak ketika rumah kami kebanjiran di Belakang Padang karena air pasang. Aku tidak berminat mengambil ujian persamaan.

Dalam mengelola karyawan, aku tidak perlu belajar dari seorang pakar personalia, karena aku tahu sifat lemah seorang manusia. Aku hanya menerapkan strategi sederhana yaitu, menanamkan pemahaman bahwa mereka bekerja bukan untuk perusahaanku tapi ke diri mereka sendiri. Strategi itu berhasil, karyawanku bekerja keras siang malam dan tentu aku mendapatkan keuntungan dari kerja keras mereka. Aku tidak merasa bersalah, bukankah memang demikian ?.

Tahun depan, aku berencana mendirikan usaha perjudian di pulau Batam. Mudah-mudahan pemerintah daerah memberikan ijin usaha. Aku sudah sering bertemu dengan pejabat propinsi Kepulauan Riau, di Tanjung Pinang beberapa bulan terakhir ini dan sering mengajak mereka pelesir ke Singapura dan mengganti mobil istri mereka dengan merek Toyota Inova. Karena aku tahu, seorang suami akan selalu dipengaruhi oleh istrinya di dalam kamar, itulah kuncinya, lumpuhkan istrinya, kuasai sang suami. Sekarang jamannya otonomi daerah, jadi sangat penting untuk mempunyai hubungan baik dengan pejabat daerah.

Postingan Populer