Cuci Piring : Taoisme
Sekitar
10 tahun lalu di Batam, saya bertemu dengan seorang sahabat asal kota Jogja.
Seorang Sufi, berjenggot, memberikan sebuah buku kecil kepada saya. Judulnya,
kalau tidak salah, “Taoisme”. Buat saya, membaca buku agama adalah hal yang
menggairahkan. Dalam tempo satu jam lembar demi lembar saya lumat habis. Apa
yang masih tersisa diingatan saya isi dari buku itu ?. Ah...hanya sedikit,
bahwa Tao mengajarkan pembelajaran, pelatihan dan praktek. Alam semesta
memiliki hukum-hukum yang kekal dan kita dapat meyerap pengetahuan dari hukum
alam itu dan mengharimonisasikan diri kita dengannya.
Saya mengiyakan email yang saya terima dari salah seorang
teman kerja saya ketika hendak pulang dari kantor. Dia meminta saya untuk
menulis tentang rasa bosan dan meminta tips untuk mengatasi rasa bosan dalam
pekerjaan. Begitu saya membaca emailnya, saya teringat buku yang saya baca 10
tahun lalu. Taoisme, buku itu menggugah saya. Sangat menginspirasi. Kalimat
yang paling membekas dalam ingatan saya, sampai sekarang, adalah, “Ketika Anda
mencuci piring sekalipun, anggaplah Anda sedang memandikan bayi sang Budha”.
Saya yakin Anda mengerti apa maksud kalimat tersebut, bahwa apapun yang sedang
kita kerjakan, kerjakanlah itu secara rohani atau mencuci piring adalah
pekerjaan yang transenden. Saya tidak ingin Anda menuding saya atau berguman,
saya seorang hipokrat. Tapi itulah adanya, Pembelajaran, Pelatihan dan
Praktek.
Hmm...mengatasi bosan adalah “Simple Stupid”, hanya
persoalan perspektif, tidak lebih. Saya seorang pengagum Jason Mraz, idola
saya. Salah satu lagunya yang paling sering saya dengar minggu ini adalah
“Beauty in Ugly” yang bercerita tentang, lagi-lagi soal perspektif, “Dont
believe in living normal just to satisfy demand, get real, see beauty in ugly”.
Lantas, bagaimana kita membunuh rasa bosan dalam pekerjaan ?. Yak..”lihat” dari
sudut pandang yang lain. Pekerjaan Anda adalah pekerjaan yang bermanfaat bagi
orang lain, sekalipun pekerjaan Anda adalah pencuci comberan babi hutan.
“Beauty in Ugly”, lihat keteraturan dalam “chaos” !. Lihat pola dalam random !.
Jadi, teman saya yang baik, cara mengatasi rasa bosan adalah
dengan cara membunuh rasa bosan itu sendiri dengan cara mengubah sudut pandang.
Sama halnya mengatasi rasa takut, ketakutan harus dimatikan dengan menghadapi
rasa takut itu. “Whatever your fear, you must face it !”.
Sabtu, di minggu yang lalu, teman Rumania saya mengatakan
dalam perbincangan di “YM”, “Bro, whether you are sinner or not, life is short,
live it, use your brain properly”.
Selamat berakhir pekan.