Persetan dengan ‘Stop Global Warming’
Siapa yang perduli dengan pemanasan global ? Pemerintah, Anda dan Saya ? sebaiknya kita pikir pikir terlebih dahulu. Di facebook semua berbondong bondong join ke group ‘Fight To Stop Global Warming!’ dan ‘Global Warming’ dengan ratusan ribu anggota. Pertanyaannya adalah apakah dengan bergabung ke group tersebut kita sudah perduli dengan pemanasan global ?. Ketika dengan suara lantang kita berteriak ‘stop global warming’ kemudian menyalahkan pemerintah dan pengusaha yang tidak perduli dengan penebangan hutan secara liar (padahal belum mempunyai NPWP) kemudian memaki maki anggota DPR yang mengeluarkan ijin konversi hutan lindung ke ‘non forest use’ tanpa memperhatikan ancaman terhadap nilai konservasi tinggi yang tercantum pada HCVF (High Conservation Value Forest). Apakah dengan demikian kita sudah berjuang untuk mengurangi pemansan global ?
Perhatikan sekeliling kita, koran, pintu rumah, sisir, meja, kursi, pigura, bungkus rokok, buku, pensil adalah benda-benda kebutuhan kita yang berasal dari bahan baku kayu yang ditebang secara illegal maupun legal (Laju deforesterisasi di indonesia adalah seluas lapangan sepak bola per menit). Kebutuhan kita akan rumah idaman, mall, pusat perbelanjaan, sekolah, industrial park adalah kontribusi kita terhadap pemanasan global karena dengan demikian pohon pohon akan ditebang untuk membuka lahan. Juga akibat jalanan macet (karena kebanyakan mobil dan motor) di Jakarta maka pemerintah membuka jalan baru dengan mengorbankan kawasan hijau.
Lalu siapa yang bertanggung jawab dengan pemanasan global ?. Kebutuhan kita yang tinggi akan benda-benda di atas membuat industry membutuhkan lebih banyak bahan baku kayu. Industri dikejar target produksi untuk mendapatkan profit yang sebagian digunakan untuk membayar upah buruh. Industri kemudian membeli kayu dari FMU(Forest Management Unit) skala besar maupun kecil atau SLIMF (Small or Low Intensity Managed Forest). FMU yang berprinsip ‘persetan dengan global warming’ akan melakukan deforesterisasi dengan menebang pohon secara membabi buta tanpa memperhatikan keseimbangan ekositem dengan tidak mempedulikan persyaratan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora).
Kearifan kita manusia lah yang mampu mengurangi pemanasan global. Penggunaan kayu untuk kebutuhan kita masih sulit tergantikan sampai sekarang. Salah satu cara mengurangi laju pemanasan global adalah dengan mengurangi pemakaian benda berbahan kayu dan berharap industry menggunakan kayu dari hutan lestari dan pemerintah mengelola hutan dengan tepat dan benar.
Saatnya kita harus memulai membeli sisir, kursi, meja, plywood dan lain lain yang berbahan kayu dengan logo FSC (Forest Stewardship Council). FSC mengeluarkan tiga jenis label on product yaitu FSC Pure, FSC Mix dan FSC Recycled. Kalau Anda membeli produk dengan label FSC Pure berarti kayu yang digunakan berasal dari hutan yang dikelola secara lestari atau SFM (Sustainable Forest Management), FSC Mixed berasal dari kayu SFM dan FSC Controlled Wood dan FSC Recycled berasal dari bahan reclaimed material atau yang di daur ulang.
FSC adalah organisasi non profit gabungan dari beberapa LSM yang perduli pengelolaan hutan. Dengan membeli produk berlogo FSC kita sudah ‘memaksa’ industry untuk ikut perduli terhadap pemanasan global karena mereka akan menggunakan bahan baku kayu yang berasal dari hutan yang dikelola secara lestari.
Perhatikan sekeliling kita, koran, pintu rumah, sisir, meja, kursi, pigura, bungkus rokok, buku, pensil adalah benda-benda kebutuhan kita yang berasal dari bahan baku kayu yang ditebang secara illegal maupun legal (Laju deforesterisasi di indonesia adalah seluas lapangan sepak bola per menit). Kebutuhan kita akan rumah idaman, mall, pusat perbelanjaan, sekolah, industrial park adalah kontribusi kita terhadap pemanasan global karena dengan demikian pohon pohon akan ditebang untuk membuka lahan. Juga akibat jalanan macet (karena kebanyakan mobil dan motor) di Jakarta maka pemerintah membuka jalan baru dengan mengorbankan kawasan hijau.
Lalu siapa yang bertanggung jawab dengan pemanasan global ?. Kebutuhan kita yang tinggi akan benda-benda di atas membuat industry membutuhkan lebih banyak bahan baku kayu. Industri dikejar target produksi untuk mendapatkan profit yang sebagian digunakan untuk membayar upah buruh. Industri kemudian membeli kayu dari FMU(Forest Management Unit) skala besar maupun kecil atau SLIMF (Small or Low Intensity Managed Forest). FMU yang berprinsip ‘persetan dengan global warming’ akan melakukan deforesterisasi dengan menebang pohon secara membabi buta tanpa memperhatikan keseimbangan ekositem dengan tidak mempedulikan persyaratan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora).
Kearifan kita manusia lah yang mampu mengurangi pemanasan global. Penggunaan kayu untuk kebutuhan kita masih sulit tergantikan sampai sekarang. Salah satu cara mengurangi laju pemanasan global adalah dengan mengurangi pemakaian benda berbahan kayu dan berharap industry menggunakan kayu dari hutan lestari dan pemerintah mengelola hutan dengan tepat dan benar.
Saatnya kita harus memulai membeli sisir, kursi, meja, plywood dan lain lain yang berbahan kayu dengan logo FSC (Forest Stewardship Council). FSC mengeluarkan tiga jenis label on product yaitu FSC Pure, FSC Mix dan FSC Recycled. Kalau Anda membeli produk dengan label FSC Pure berarti kayu yang digunakan berasal dari hutan yang dikelola secara lestari atau SFM (Sustainable Forest Management), FSC Mixed berasal dari kayu SFM dan FSC Controlled Wood dan FSC Recycled berasal dari bahan reclaimed material atau yang di daur ulang.
FSC adalah organisasi non profit gabungan dari beberapa LSM yang perduli pengelolaan hutan. Dengan membeli produk berlogo FSC kita sudah ‘memaksa’ industry untuk ikut perduli terhadap pemanasan global karena mereka akan menggunakan bahan baku kayu yang berasal dari hutan yang dikelola secara lestari.