Thank God Its Friday: Kambing : Balanced Scorecard
Teman lama saya di
Jombang, menyampaikan kepada saya pagi ini dalam perbincangan lewat telepon,
“Bro, untuk jumat ini judulnya Ayam Kampung yach....”, lalu saya jawab,
“Argg...saya sudah tidak doyan ayam lagi, sudah tidak ada gairah jika melihat
ayam, saya tidak mau memikirkan ayam lagi..”. Lalu dia memberikan ide
tulisan di Thank God Its Friday minggu ini.
Oh ya...minggu lalu saya ngomel-ngomel kepada
salah seorang staff saya, saya bilang , “ Hey...kalau kamu ingin makan
kambing, jangan bawa kambing ke rumah, beli saja nasi kambing. Karena sekali
kamu bawa kambing ke rumah, maka kamu akan mendapatkan masalah, karena kamu
harus menyediakan tempat, menyiapkan makanan untuk kambing itu” (tanpa
teriak-teriak seh..hanya untuk mendramatisir saja...). Jujur, nasehat
ini saya dapat dari teman lama saya dua bulan lalu dalam percakapan di yahoo.
Dia menasehati saya, ketika saya sambil bercanda (atau saya sedang serius gak
tau pasti), “Sista...aku mau selingkuh nih”. Lalu dia menuliskan nasehat ala
kambing itu. Pada akhirnya, saya tidak jadi selingkuh. Kali ini saya
berterimakasih kepada kambing..
Saya sangat suka nasehat teman perempuan saya itu, sederhana
dan tegas. Jika mengingingkan sesuatu wong jangan merusak semua, jika
terobsesi sesuatu jangan menghalalkan segala cara hingga merusak sistem. Untuk
mendapatkan sesuatu perlu strategy, formasi perang Romawi kuno sudah tidak
relevan lagi. Sekarang jaman nya intelejen, amati, pelajari, analisa lalu
serang dengan hasil korban dan kerusakan yang minimal.
Formasi
awal pasukan Romawi itu frontal, masif dan mengandalkan keberuntungan. Anda
yang pernah menyaksikan firm “braveheart” pasti akan menyaksikan betapa
serangan yang frontal akan memakan banyak korban. Bandingkan dengan pasukan
Amerika yang menaklukkan Irak dalam tempo singkat dan korban yang minimal.
Adalah penting untuk selalu memikirkan dampak dari setiap tindakan yang aka
dilakukan, tindakan harus align dengan visi dan strategy. Supaya sedikit
agak keren, dalam strategic planning and management system,
setiap keputusan, aktivity harus mempertimbangkan perspektif finansial,
internal process, learning and growth dan customer. Balance !
Saya tidak bermaksud membicarakan perang, atau balance
scorecard, hanya gaya menulis saja, tetapi menyoroti nafsu
dalam arti luas harus dikendalikan. Kita boleh punya ambisi namun perlu langkah
yang strategic untuk mencapainya. Menghancurkan kebekuan, kekakuan,
inefisiensi, sistem perlu dirombak, tetapi ketika kita dalam sistem, kita harus
patuh pada aturan main sistem. Jika ingin membuat terobosan, perbaiki sistem
nya tetapi jangan rusak sistem nya.
Saya lahir di Kota Parapat, kota yang terletak di pinggiran
Danau Toba. 18 KM dari Parapat ada Kota Siantar ibu kota Kabupaten Simalungun.
Sedikit gak nyambung, tapi ada hal yang menarik dari Kota Siantar,
tempramen mereka, to the point dan garang. Ada beberapa bahasa slank
yang masih saya ingat, seperti “Tikam Cantik”, artinya menusuk perut seseorang
dengan pisau tanpa menembus perut, hanya menyayat kulit luar nya saja dan tidak
mematikan. “Cantik Main”, cantik main ini multi tafsir, tetapi yang saya tau,
cantik main adalah untuk menjelaskan bahwa dalam melakukan sebuah kejahatan
perlu dengan cara-cara yang elegan dan tidak merusak yang lain. “Cantik Main”
memiliki persamaan dengan “Main Halus” dalam kalimat “Halus dikit main kau !”,
lagi-lagi soal strategy, mendapatkan sesuatu harus dengan cara yang “sopan”
Nah..cantik main lah dikit iya kan....
Selamat berakhir pekan..