Sehari Menjadi Tuhan: Sam Mikael Almighty
Wah, jangan-jangan Anda langsung mendemo saya begitu membaca judul tulisan ini atau kedua bola mata Anda keluar 'bentar' dari tempatnya. Saya berharap itu itu tidak terjadi. Saya tidak mempunyai kemampuan untuk menjadi Tuhan untuk mengatur segala sesuatunya, wong, mengatur diri sendiri aja belum sanggup, bagaimana pula menjadi Tuhan ?. Tapi dalam skala kecil, saya mempunyai kesamaan dengan Tuhan. Saya maha tau dengan pikiran saya, saya berkuasa penuh atas pikiran saya. Mungkin sifat itulah yang disebutkan sebagai potret dari Tuhan. Manusia, adalah gambaran Tuhan. Paling tidak, mahluk yang paling segambar dengan Tuhan adalah manusia, bukan kayu atau kambing. Sedangkan kelebihan manusia terhadap mahluk lain, sejauh ini yang saya ketahui adalah pikiran manusia. Kesimpulan yang saya dapat garis bawahi adalah, pikiran manusialah yang mempunyai kesamaan dengan Tuhan bukan yang lain. Karena, jikalau dikatakan manusia segambar dengan Tuhan secara fisik, maka saya yang paling pertama yang merasa bingung menjawab pertanyaan, 'Tuhan itu mirip siapa ?'.
Kalau kita diharapkan menilai sesuatu dari sudut pandang seseorang untuk menemukan jalan keluar, kenapa kita tidak mencoba melihat dari sudut pandang Tuhan untuk menemukan jawaban ?. Memandang segala sesuatu dari perspektif Tuhan dapat mengurangi kekecawan terhadap segala kekurangan kita, lebih dapat melakukan tindakan yang lebih tepat dan bijaksana. Harapan inilah yang saya maksud pada judul tulisan kali ini. Menjadi Tuhan dalam sehari adalah memandang segala persoalan seakan-akan kita adalah Tuhan, mencoba memahami Tuhan dan menemukan jawaban kenapa doa-doa yang sudah dipanjatkan bertahun-tahun tidak terkabulkan, kenapa jodoh tidak kunjung datang, kenapa bayi harus meninggal dalam kandungan, kenapa seorang ibu harus membunuh anaknya, kenapa ayah harus mengalami gagal ginjal, kenapa harus bercerai ?. Toh, dalam banyak hal, pikiran atau maksud Tuhan seringkali dianalogikan dengan sifat manusia dan binatang. Sebagai contoh, 'Singa sekalipun tidak akan memberikan batu kepada anaknya, apalagi Tuhan kepada manusia'. 'Seorang ayah tidak akan memberikan ular kepada anaknya yang meminta roti'. Masih banyak contoh bagaimana jalan pikiran Tuhan digambarkan seperti cara manusia bertindak. Ada juga baiknya ide sehari menjadi Tuhan, lebih menyehatkan, karena mengurangi sifat egois kita. Yah, sesekali kita manusia ini mengalah untuk memahami Tuhan yang senantiasa memahami kita. Yaa mbo sesekali mengalah...
Dua hari yang lalu saya menuliskan status cangkir kayu mengenai dua hal yang terlahir dari sebuah krisis, yaitu jalan keluar dan pelajaran atau hikmah. Berita buruknya, kedua hal tersebut tidak semudah seperti memungut apel yang jatuh ke tanah. Kaitannya dengan tulisan ini adalah bahwa dalam perbedaan pun tersimpan salah satu kunci keberhasilan. Kemampuan kita untuk mengelola perbedaan atau kemampuan dalam menerima perbedaan adalah salah satu kunci keberhasilan dan itulah yang dilahirkan perbedaan.
Hampir sembilan tahun yang lalu dalam sebuah perjalanan menuju Baltimore, boss saya menanyakan kepercayaan yang saya anut dan juga kepada rekan saya. Karena kami berbeda, boss saya mengatakan, ' yah..kita dilahirkan berbeda dan untuk apa kita mencari perbedaan. Bukankah lebih baik kita mencari persamaan dari perbedaan ?'. Kita, manusia sudah pasti berbeda dengan Tuhan. Cara bertindak dan berfikir meskipun ada kemiripan tetap saja berbeda. Lantas, apa yang kita dapatkan bila kita dapat mengelola perbedaan kita dengan Tuhan ?.