Evolusi Tulisan : Blogger Mati Ide

Sejak saya duduk di bangku SMP saya sudah mulai 'menulis' dan pernah bercita-cita menjadi wartawan karena di dekat rumah saya tinggal seorang wartawan dengan mesin tik nya. Waktu itu setiap jam 6 sore saya selalu ke rumahnya dan meminjam mesin tik dan mengetik apa saja yang saya baca.

Semasa SMA dan kuliah saya tidak pernah lagi menyentuh mesin tik karena sudah jarang terlihat. Tidak ada sepenggal tulisan yang saya hasilkan, kecuali laporan praktikum yang ditulis tangan. Di Batam (setelah bekerja) saya mulai menulis puisi. Puisi bernuansa cinta tentunya. Bukankah lelaki yang sedang jatuh cinta menjadi seorang pujangga pula ?. Saya punya kecenderungan dalam menulis puisi dengan 'terus terang' dan tegas hanya sesekali hiperbolis. Umumnya puisi yang saya tulis singkat (saya tidak tau apakah dua baris juga puisi) dan tidak perlu membuat yang membaca untuk mengulangi membaca untuk mereka-reka maksudnya. Salah satu contoh puisi yang masih saya ingat adalah:

'dikeremangan ruang…
gerakan nan purba'

Dan di bawah ini sepenggal puisi lain yang masih saya ingat :

'alis matamu menipis di ujungnya seperti kaki langit,
dan payudaramu bagai kembar bulan purnama'

Pada waktu itu, saya mulai menulis beberapa paragraph dan saya posting di intranet kantor setiap hari sabtu. Tulisan saya sangat terpengaruh oleh Khalil Gibran yang sangat dalam menyentuh, hingga saya dijuluki Pangeran Syair Berdarah oleh rekan-rekan saya. Tapi, masa itu, saya menulis hanya pada saat saya sedang 'tersentuh' oleh sesuatu peristiwa. Tersentuh yang saya maksud adalah, suasana emosi yang bergejolak. Bisa dalam keadaan marah, sedih dan tertekan. Itulah sebabnya saya tidak bisa mengklaim bahwa saya adalah seorang penulis karena saya menulis tergantung pada emosi atau suasana hati.

Sepenggal tulisan pertama saya pada waktu itu adalah filosofi jus wortel. Saya menceritakan seorang kakek yang membuat jus wortel untuk kedua cucunya yang sedang bermain di pekarangan rumah. Selepas bermain, kedua cucunya berlarian masuk ke rumah karena sudah kehausan. Cucu pertama langsung meminum jus wortel dan cucu kedua tidak langsung meminum jus wortel itu. Setelah cucu pertama meminum jus wortel bagiannya, dia langsung terbatuk-batuk karena sari wortelnya tersangkut di tenggorokannya. Si Kakek hanya tersenyum. Selang beberapa saat, cucu kedua mengangkat gelas bagiannya dan meminumnya dan dia tidak terbatuk-batuk dan dahaganya pun hilang sempurna. Saya mencoba menjelaskan, bahwa persoalan harus didiamkan terlebih dahulu dan setelah itu menyelesaikannya, jangan panik dan jangan tergesa-gesa. Mungkin, suasana hati saya pada waktu itu sedang dalam top performance dalam hal berfikir positip he he he.

Sepuluh tahun kemudian, kebiasaan menulis saya pun hilang karena kesibukan saya jadi seorang suami dari seorang istri (ini perlu saya jelaskan supaya tidak ada anggapan saya suami dari 2 istri). Di bulan April 2008, saya mendaftarkan blog saya, itupun masih tidak serius. Kebiasaan lama masih melekat, menulis dengan mengandalkan suasana hati.

Mei 2009, saya mulai menulis di facebook. Pada mulanya, masih mengandalkan suasana hati. Akan tetapi, karena respon di facebook cukup bagus akhirnya saya melakukan posting ganda, di facebook dan di blogspot. Saya mulai membenahi blog saya, menghapus posting lama dan mengganti nama blog menjadi cangkirkayu.blogspot.com yang semula bernama fz2h.blogspot.com.

Ternyata, menulis tidak perlu mengandalkan suasana hati. Ide tulisan bisa datang dari toilet, pensil, kucing, berita hangat di televisi, argumen lain dari pendapat seseorang, Jadi tidak melulu harus menulis apa yang sedang kita pikirkan

Seperti saya utarakan di atas, saya bukan seorang penulis hanya seorang yang sedang menulis. Dan tulisan ini saya persembahkan kepada blogger yang mati gaya eh mati ide.

Postingan Populer