Tempe Penyet


Dari tadi malam saya belum mendapat inspirasi apa yang saya harus tulis hari ini di cangkirkayu.blogspot.com atau di fesbuk bahkan sampe jam 4 sore belum juga terinspirasi. Ya, barangkali karena perubahan cuaca di Jombang yang membuat badan saya serasa 'Tempe Penyet'. Pernah makan tempe penyet ?, makanan khas yang sering saya temui di Jawa Timur. Rasanya, jelas rasa tempe ditambah dengan rasa 'pedes' medioker dan tidak sepedas 'sambel rudi' yang pernah dipesan istri saya untuk saya bawa ke Bekasi dari Surabaya yang pedasnya bikin emosi lahir batin dan bisa membuat bibir serasa digebukin 'rame-rame' pake martil. Duh..gusti ratu..'sambel rudi' membuat saya ampun-ampunan boo!. Sajian 'tempe penyet' tidak menampilkan kesan sadis atau kesan tempe yang 'digebukin' dengan sengaja dan terencana seperti yang rencana pembunuhan yang dituduhkan pada Antasari Azhar pada kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen yang sedang marak diberitakan di televisi, akan tetapi tampilan tempenya biasa saja dan bersahaja disandingkan dengan lalapan. Di Jawa Timur cukup banyak ditemui nama makanan yang sangat profokatif seperti Rujak Cingur rasa Kuntilanak, Ayam Penyek Rasa Genderuwo, Sambel Setan, Nasi Rawon Iblis dan lain-lain. Nah, Kalau di Bekasi beda lagi , waktu anak saya minta dibelikan Teh Pocong di dekat sekolahnya. Saya perhatikan dengan baik-baik kemasan dan rasanya, 'kok gak ada' kesan seram menakutkan dan gak ada 'taste' pocong sama sekali.


(foto hanya pemanis  😅 . Foto diambil dari  Boring Shooting   )


Dibalik nama-nama makanan itu, ada otak intelektual yang memahami betul tehnis pemasaran 4P yaitu Product, Price, Placement dan Promotion sehingga dengan nama yang unik mampu membuat orang untuk datang untuk sekedar uji coba. Mendengar dan membaca nama-nama makanan tadi, orang akan langsung berasosisasi dengan 'objek' tertentu dibalik nama yang disandangnya. Sama halnya pertamakali kita bertemu dengan seseorang. Apa yang pertama kita lihat atau dengar dari orang tersebut kita langsung mempunyai penilaian khusus dan mengaitkan kepada sifat tertentu. Penilaian kita bisa baik maupun buruk tergantung 'aura' orang tersebut. Bisa salah, bisa juga benar. Wajar saja, kita seringkali hanya melihat bungkus bukan isi. Sifat 'buru-buru menilai ' inilah yang dibidik oleh praktisi pemasaran. Diciptakanlah nama-nama produk yang kebarat-baratan padahal dibuat di Cibaduyut. Kira-kira kalau nama mobil 'Avanza' kita ganti menjadi 'Gatot', 'ngejual gak sih ?'.
Memang menarik kalau membahas soal menilai karakter orang. Dalam merekrut karyawan, saya paling menikmati pada saat interview kandidat, karena saya begitu leluasa mengeksplor 'bagian terdalam' si kandidiat. Berangkat dari pengalaman itulah saya menjadi sangat biasa dengan 'interview' sehingga dengan jitu, lihai dan piawai 'mempermainkan' manajer HRD yang menginterview saya. Ha ha ha ha… Dasar memang jebolan parmitu!
Hari ini saya terinspirasi pada 'penilaian terhadap orang', jadi setelah membaca ini Anda bisa praktekkan apa yang saya sarankan. Mohon maaf bukan untuk menggurui, wong saya bukan guru bukan pula psikolog atau pakar marketing.
Kita mulai sekarang 'yak'. Ambil pena atau pensil dan 2 lembar kertas. Pastikan jam tangan atau jam dinding tersedia. Kalau tidak ada Anda bisa gunakan handphone, BlackBerry atau iPhone, Black Bockir juga bisa :). Perhatikan siapa yang ada di depan Anda untuk menjadi objek penelitian sore hari ini. Objek nya harus orang, jangan kucing atau ember. Caranya sebagai berikut :
Tuliskan 20 kebaikan orang yang di depan Anda dengan cepat pada lembar pertama. Setelah selesai catat waktu yang Anda butuhkan untuk menyelesaikannya. Kemudian pada lembar ke dua, tuliskan 20 kelemahan orang tersebut dan catat waktu yang Anda butuhkan untuk menyelesaikannya.
Sekarang bandingkan waktu tersebut !. Silahkan pahami, makna perbandingan waktu yang Anda capai.
Selamat sore menjelang malam!

Postingan Populer